Mengapa Perempuan Lebih Berisiko Terkena Lupus?

oleh Kristihandaribullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Sarah Josephine
Mengapa Perempuan Lebih Berisiko Terkena Lupus?
Mengapa Perempuan Lebih Berisiko Terkena Lupus?

Lupus bisa menyerang siapa saja, tetapi kenyataannya perempuan jauh lebih rentan mengalaminya—terutama di usia produktif. Gejalanya sering kali tidak spesifik dan muncul bertahap, membuat banyak perempuan tidak menyadari bahwa tubuh mereka sedang “diserang” oleh sistem imunnya sendiri. Mengapa lupus lebih sering terjadi pada perempuan? Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan jangka panjang? Simak penjelasannya berikut ini.

Lupus adalah penyakit autoimun kronis (seumur hidup) yang dapat merusak bagian tubuh mana pun. Penyakit ini terjadi karena sistem kekebalan (pertahanan) tubuh tidak lagi bisa membedakan patogen dari luar, seperti virus, bakteri, dan kuman lain dengan sel, jaringan, atau organ tubuh yang sehat.


Akibatnya, sistem kekebalan justru menyerang dan merusak bagian tubuh yang seharusnya dilindungi.


Baca juga: Lupus: Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Dikendalikan.


Lalu, mengapa perempuan lebih sering terkena lupus?


Lupus paling umum menyerang wanita berusia 15 hingga 44 tahun, atau selama mereka pada usia produktif. Bahkan sekitar 9 dari 10 orang dengan lupus adalah perempuan.


Hingga kini, penyebab pasti lupus masih diteliti oleh para ahli. Ada yang menduga penyakit ini berkaitan dengan faktor genetik. Meskipun belum sepenuhnya dipahami, para peneliti percaya bahwa beberapa faktor penting yang berperan dalam munculnya lupus, seperti


Genetika

Faktor genetik berperan dalam perkembangan penyakit dan meningkatkan risikonya. Baik satu gen, maupun kombinasi komponen genetik berkontribusi terhadap penyakit ini. Hubungan genetik ini juga menjelaskan keterkaitan lupus dengan penyakit autoimun lainnya dalam keluarga.


Faktor hormonal

Perubahan hormon berpengaruh besar pada perkembangan dan memburuknya penyakit lupus, terutama pada perempuan. Hormon estrogen yang berperan dalam sistem reproduksi dan pengaturan keseimbangan hormon, dapat memodulasi respons sistem kekebalan tubuh.


Inilah sebabnya gejala lupus kerap memburuk saat menstruasi atau kehamilan, atau masa-masa lain ketika hormon mengalami fluktuasi. Kondisi ini juga menjelaskan mengapa perempuan usia produktif lebih rentan terkena lupus dibandingkan dengan perempuan yang sudah menopause.


Lingkungan

Lingkungan juga punya andil dalam memicu dan memperparah gejala lupus. Paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari, misalnya dapat menyebabkan kambuhnya gejala.


Selain itu, infeksi atau paparan zat kimia tertentu, termasuk beberapa jenis obat, juga bisa memicu munculnya lupus atau memperparah kondisi yang sudah ada. Memahami pemicu lingkungan ini penting agar penderita bisa lebih waspada dan mengelola lupus dengan lebih efektif.


Disfungsi sistem imun

Pada dasarnya, lupus adalah gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Alih-alih melindungi tubuh dari ancaman luar seperti bakteri atau virus, sistem imun penderita lupus justru menyerang jaringan tubuh yang sehat.


Respons yang keliru ini memicu peradangan dan kerusakan pada berbagai organ, seperti kulit, sendi, ginjal, hingga jantung.


Walaupun tanda-tanda lupus dapat menyerupai kondisi lain, mengalami kombinasi gejala-gejala ini baik secara bersamaan maupun pada waktu yang berbeda dapat menjadi sinyal awal lupus, terutama pada perempuan.


Beberapa gejala awal yang perlu diperhatikan, antara lain



Beberapa obat atau infeksi untuk mengatasi lupus dapat menyebabkan rambut rontok.
Beberapa obat atau infeksi untuk mengatasi lupus dapat menyebabkan rambut rontok.


1. Kelelahan

Perempuan yang mengalami lupus sering kali merasakan lelah berlebihan meskipun tidur cukup. Kelelahan bisa berlangsung lama atau ekstrem. Mengonsumsi suplemen, seperti vitamin D, mungkin dapat membantu mengelola rasa lelah ini walau efeknya bisa berbeda pada tiap individu.


2. Rambut rontok

Rambut tipis hingga munculnya bercak botak merupakan hal umum yang dialami perempuan dengan lupus. Beberapa obat atau infeksi juga dapat menyebabkan rambut rontok.


Perawatan topikal, pengobatan, dan perubahan gaya hidup, seperti menghindari paparan sinar matahari, dapat membantu mengurangi kerontokan rambut bagi sebagian orang.


3. Demam yang tidak dapat dijelaskan

Demam ringan yang tak diketahui penyebabnya bisa menjadi gejala awal lupus. Ini biasanya berakitan dengan peradangan dalam tubuh atau respons terhadap infeksi.


4. Masalah paru-paru

Lupus bisa menyebabkan peradangan yang memengaruhi paru-paru dan sistem pernapasan. Perempuan dengan lupus mungkin mengalami pleuritis (radang selaput paru-paru) atau pneumonitis (radang jaringan paru-paru). Kondisi ini bisa menimbulkan nyeri dada dan sesak napas.


5. Ruam atau lesi kulit

Ruam atau lesi di wajah atau tubuh menjadi tanda awal lupus. Ruam biasanya berbentuk bulat dan bersisik yang muncul di bagian tubuh mana saja. Jika muncul di wajah, area hidung dan pipi, ruam menyerupai kupu-kupu – ciri khas lupus. 


6. Sendi yang bengkak dan nyeri

Lupus dapat menyebabkan pembengkakan dan nyeri pada sendi, serta kekakuan di pagi hari. Radang sendi merupakan salah satu gejala lupus yang paling umum.


Persendian yang meradang biasanya adalah sendi-sendi kecil seperti pada pergelangan tangan dan jari-jari. Namun, jarang sekali seseorang mengalami radang sendi sebagai satu-satunya tanda. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan sendi.


7. Masalah gastrointestinal

Mual, nyeri perut, dan muntah cukup umum dialami oleh penderita lupus, khususnya pada jenis SLE (Systemic Lupus Erythematosus). Selain itu, penderita SLE juga bisa mengalami luka di mulut, terutama di bagian langit-langit. Luka ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.


8. Mata kering

Sekitar 30% penderita lupus mengalami mata kering atau keratokonjungtivitis sicca. Gejalanya meliputi sensasi, seperti ada pasir di mata, iritasi, rasa tidak nyaman, dan kemerahan. Perempuan dengan lupus juga bisa mengalami peradangan pada mata atau ruam di kelopak mata.



Masalah kesehatan yang bisa muncul akibat lupus



Lupus dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner.
Lupus dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner.


Lupus tidak hanya memengaruhi sistem kekebalan tubuh, tapi juga bisa menimbulkan berbagai komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. Beberapa masalah kesehatan yang sering muncul akibat lupus antara lain:


Penyakit jantung

Lupus meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner (CAD), jenis penyakit jantung yang paling umum. Hal ini terjadi karena penderita lupus cenderung memiliki lebih banyak faktor risiko CAD, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes tipe 2.


Selain itu, peradangan yang disebabkan lupus juga dapat merusak pembuluh darah dan memperparah risiko CAD. Kelelahan, nyeri sendi, dan nyeri otot bisa membuat penderita lupus menjadi kurang aktif secara fisik, sehingga berdampak juga pada kesehatan jantung.


Dalam sebuah penelitian, perempuan dengan lupus 50 kali lebih mungkin mengalami nyeri dada atau serangan jantung dibandingkan perempuan lain seusianya.


Osteoporosis

Obat-obatan yang digunakan untuk mengelola lupus, seperti steroid dapat menyebabkan pengeroposan tulang. Kondisi ini meningkatkan risiko terkena osteoporosis, yaitu tulang menjadi rapuh dan mudah patah.


Selain itu, rasa nyeri dan kelelahan akibat lupus sering kali membuat penderitanya tidak dapat aktif bergerak, padahal aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga kekuatan tulang. Menjaga tubuh tetap aktif, sebisa mungkin, dapat membantu memperlambat pengeroposan tulang.


Penyakit ginjal

Lebih dari separuh dari semua penderita lupus mengalami gangguan ginjal, yang disebut nefritis lupus. Masalah ginjal biasanya muncul dalam lima tahun pertama setelah gejala lupus pertama kali terasa, dan termasuk salah satu komplikasi lupus yang paling serius.


Sayangnya, radang pada ginjal tidak menimbulkan rasa sakit sehingga penderita bisa tidak menyadarinya. Oleh karena itu, pemeriksaan urine dan darah secara rutin sangat penting untuk mendeteksi masalah ginjal sejak dini. Pengobatan akan jauh lebih efektif jika dimulai lebih awal.


**


Mengenali tanda-tanda sejak dini dan memahami risikonya sangat penting agar lupus bisa ditangani lebih cepat dan komplikasi serius bisa dicegah.


Meski belum bisa disembuhkan, perempuan dengan lupus tetap bisa menjalani hidup aktif dan berkualitas dengan perawatan yang tepat dan dukungan yang memadai.

ReferensiGoodrx. Diakses pada 2025. Why Lupus (SLE) Affects Women Than Men. Lupus Research. Diakses pada 2025. Recent Discoveries Shedding Light on Why Women Are at Greater Risk of Lupus. Medical News Today. Diakses pada 2025. Early Signs of Lupus in Females. Womenshealth. Diakses pada 2025. Lupus and Women.