Demam dan Nyeri Sendi Tak Kunjung Hilang? Bisa Jadi Chikungunya

Anda baru saja pulang dari liburan atau beraktivitas di luar rumah. Tiba-tiba, demam tinggi menyerang. Sendi terasa nyeri luar biasa, sampai-sampai bangun dari tempat tidur pun jadi tantangan. Anda mungkin mengira ini flu biasa atau demam berdarah. Padahal bisa jadi ini adalah Chikungunya, penyakit yang akhir-akhir ini kembali merebak di Indonesia.
Awal 2025, hujan deras yang sering turun di beberapa daerah Indonesia membawa kabar kurang menyenangkan: meningkatnya kasus Chikungunya. Lima provinsi melaporkan kejadian, dengan Jawa Barat mencatat jumlah tertinggi.
Kisah Chikungunya dimulai di Tanzania pada 1952. Dari sana, virus ini “menjelajah” dunia. Menyusup ke Asia Tenggara, Afrika, bahkan Amerika.
Namanya pun berasal dari bahasa Swahlii. Artinya, "yang berubah bentuk atau bungkuk". Postur penderita chikungunya memang kebanyakan akan membungkuk akibat nyeri hebat pada persendian tangan dan kaki.
Penyebarannya begitu sederhana. Cukup satu gigitan nyamuk yang terinfeksi, dan virus bisa masuk ke tubuh kita.
Virus Chikungunya ditularkan oleh nyamuk betina yang terinfeksi. Paling umum adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang juga dapat menularkan virus dengue dan Zika.
Nyamuk-nyamuk ini aktif menggigit pada siang hari terutama pada pagi hari dan menjelang matahari terbenam.
Aedes aegypti bisa mencari makan baik di luar maupun di dalam ruangan, sedangkan Aedes albopictus umumnya di luar ruangan. Keduanya bertelur di air menggenang, seperti wadah, ban bekas, atau genangan hujan.
Gejalanya

Setelah berinkubasi selama 2—20 hari, infeksi virus Chikungunya menimbulkan gejala, seperti demam tinggi yang disertai nyeri sendi terutama pada pergelangan tangan dan jari, serta pergelangan kaki, kaki dan lutut. Kadang-kadang rasa nyeri juga menyerang pinggul dan bahu.
Rasa nyeri ini bisa bertahan berhari-hari, berminggu-minggu. Pada sebagian orang bahkan dapat bertahan hingga berbulan-bulan atau lebih. Kabar baiknya, setelah sembuh, tubuh biasanya akan kebal seumur hidup terhadap infeksi ini.
Gejala Chikungunya sering disangka demam berdarah atau Zika, sehingga diagnosis bisa keliru. Tidak ada obat khusus untuk membunuh virusnya.
Perawatannya hanya berfokus pada meringankan gejala:
- Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.
- Istirahat cukup.
- Mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti parasetamol (bukan aspirin atau OAINS sebelum ada diagnosis dokter).
Siapa yang berisiko lebih serius?
Chikungunya jarang berakibat fatal, tetapi bisa lebih parah pada:
- Lansia di atas 65 tahun.
- Bayi baru lahir yang terinfeksi.
- Penderita penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, atau diabetes.
Peringatan untuk Anda yang akan traveling

Jika Anda berencana bepergian ke daerah yang sedang mengalami wabah Chikungunya, baik di dalam negeri maupun ke negara tropis lainnya, pastikan Anda terlindungi dari gigitan nyamuk sejak hari pertama perjalanan.
Gunakan pakaian lengan panjang, oleskan losion anti-nyamuk secara berkala, dan tidur di tempat yang aman (gunakan kelambu atau ruangan ber-AC).
Ingat, satu gigitan nyamuk saja bisa membawa pulang oleh-oleh yang tidak diinginkan.
Pencegahan: jangan tunggu nyamuk menyerang
Kunci pencegahan ada pada pengendalian nyamuk. Terapkan 3M Plus:
- Menguras penampungan air secara rutin.
- Menutup rapat tempat penyimpanan air.
- Mendaur ulang/membuang barang bekas yang bisa menampung air.
- Plus gunakan obat nyamuk, pasang kawat anti-nyamuk, pastikan saluran air tidak tersumbat, dan taburkan bubuk abate pada penampungan air jika perlu.
Jangan tunggu sampai nyamuk lebih dulu “menemui” Anda. Kenali gejalanya, lindungi diri dan keluarga dengan langkah pencegahan sederhana.
Jika mengalami demam mendadak disertai nyeri sendi parah, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diagnosis yang tepat.