MSG Aman Nggak, Sih? Ini Fakta di Baliknya

oleh Kristihandaribullet
Bagikan artikel ini
Ditinjau oleh dr. Muthia Trisa Nindita
MSG Aman Nggak, Sih? Ini Fakta di Baliknya
MSG Aman Nggak, Sih? Ini Fakta di Baliknya

Siapa nih penggemar micin garis keras? Mungkin nggak ada yang mau ngaku, ya. Tapi coba deh cek camilan favorit Anda —keripik, basreng, ayam goreng, kentang goreng—semuanya mungkin mengandung MSG (monosodium glutamat) atau micin.

Micin atau MSG sering jadi kambing hitam saat bicara soal makanan “nggak sehat”. Namun, apakah reputasi buruk MSG memang benar adanya? Atau cuma mitos belaka? Yuk, kita bahas!



Apa itu MSG dan dari mana asalnya?



MSG memberikan rasa umami pada makanan.
MSG memberikan rasa umami pada makanan.

MSG atau monosodium glutamat adalah bahan tambahan makanan yang memberikan rasa umami.


Rasa gurih yang dikenal sebagai rasa dasar kelima setelah manis, asam, asin, dan pahit. Rasa umami membuat makanan terasa lebih lezat dan kaya rasa.


Zat ini berbentuk kristal putih tanpa bau dan banyak digunakan dalam industri makanan, baik di restoran maupun dalam produk makanan kemasan.


Meski kerap diasosiasikan dengan masakan Cina atau Asia Tenggara, faktanya MSG digunakan secara luas di berbagai jenis kuliner di seluruh dunia.


Bumbu-bumbu, seperti saus salad, mayones, saus tomat, dan saus barbekyu juga sering mengandung MSG, seperti halnya campuran bumbu kemasan, pizza beku, dan mi instan.


MSG berasal dari asam L-glutamat, sejenis asam amino yang secara alami terdapat dalam bahan makanan seperti tomat, keju, daging, dan jamur.


Dalam skala industri, MSG diproduksi melalui proses fermentasi bahan kaya karbohidrat, seperti pati, bit gula, tebu, atau molase.


Zat ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1908 oleh Kikunae Ikeda, seorang ahli kimia asal Jepang.


Ia mengekstrak glutamat dari kaldu rumput laut untuk menciptakan bentuk MSG sintetis pertama, yang kemudian berkembang menjadi bahan aditif yang digunakan secara luas hingga kini.



Apakah MSG aman dikonsumsi?


Pertanyaan ini sering muncul, dan jawabannya adalah: ya, MSG aman dikonsumsi dalam batas yang wajar.


Berbagai lembaga kesehatan internasional telah menegaskan keamanan MSG. Komite Ahli FAO/WHO tentang Bahan Tambahan Pangan (JECFA), Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat, dan European Food Safety Authority (EFSA) mengategorikan MSG sebagai GRAS (Generally Recognized As Safe), yaitu bahan yang secara umum diakui aman untuk konsumsi.


Meski demikian, FDA tetap mewajibkan produsen untuk mencantumkan kandungan MSG pada label produk, termasuk bentuk alami dari MSG, seperti ekstrak ragi, ragi terhidrolisis, atau protein isolat. Ini dilakukan demi transparansi informasi bagi konsumen, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap MSG.



Manfaat MSG: lebih gurih, lebih rendah sodium


MSG bukan cuma soal rasa. Ada manfaat tersembunyi yang sering dilupakan, yaitu membantu mengurangi konsumsi garam.


Bandingkan:

  • 1 sendok teh garam = ±2.300 mg sodium
  • 1 sendok teh MSG = ±500 mg sodium

Artinya, MSG bisa menjadi alternatif yang membantu orang-orang yang harus menjalani diet rendah garam, seperti penderita hipertensi atau penyakit jantung, tanpa mengorbankan rasa.



Mengapa MSG masih dianggap "jahat"?



Benarkah MSG menyebabkan obesitas?
Benarkah MSG menyebabkan obesitas?


Ada beberapa alasan MSG masih sering dianggap musuh, terutama karena kontroversi dan efek samping berikut:


1. Chinese Restaurant Syndrome

Beberapa orang melaporkan gejala, seperti sakit kepala, muka terasa panas atau kemerahan, berkeringat, dan nyeri dada.


Gejala ini dikenal sebagai “Chinese Restaurant Syndrome”. Namun, studi-studi menunjukkan gejala ini sangat jarang, dan biasanya hanya terjadi pada orang yang sangat sensitif terhadap MSG dalam jumlah besar.


2. Menyebabkan obesitas

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MSG bisa memengaruhi hormon lapar, dan mungkin menyebabkan seseorang makan berlebihan.


Namun, hasilnya belum konsisten. Masih perlu penelitian lebih lanjut untuk menyimpulkan hal ini.


3. Berdampak pada otak

MSG mengandung glutamat, sejenis neurotransmitter. Ada kekhawatiran bahwa glutamat berlebih bisa menyebabkan overstimulasi neuron (eksitotoksisitas).


Sejauh ini, belum ada bukti kuat bahwa konsumsi MSG dari makanan bisa menyebabkan kerusakan otak.


4. Tinggi sodium

Perlu dicatat, makanan tinggi MSG, seperti makanan cepat saji, snack olahan, atau sup instan—juga biasanya tinggi sodium total. Jadi, yang perlu dijaga adalah pola makan keseluruhan, bukan hanya MSG-nya.



Tips bijak mengonsumsi MSG


Bila Anda termasuk yang sensitif terhadap MSG atau hanya ingin membatasi konsumsinya, berikut tipsnya:


  • Baca label makanan: MSG bisa muncul dengan nama lain, seperti monosodium glutamate, ekstrak ragi, atau protein nabati terhidrolisis.
  • Kurangi makanan olahan dan cepat saji.
  • Gunakan bahan alami kaya umami, seperti tomat matang, jamur, kecap asin, dan keju Parmesan.

**


MSG bukan racun. Bukan pula penyebab segala penyakit seperti yang dulu sering kita dengar.Mengonsumsi MSG dalam jumlah yang sangat banyak dapat menyebabkan gejala sementara yang mengganggu. 


Selama mengonsumsinya dalam batas wajar dan bagian dari pola makan seimbang, MSG bisa menjadi penambah rasa yang aman dan bahkan membantu mengurangi asupan sodium harian.


Jadi, Anda tidak perlu takut mengonsumsi makanan favorit. Yang penting tetap bijak dan seimbang. Karena, seperti kata pepatah lama—yang berlebihan itu yang bikin masalah.

ReferensiReferensi GoodRX. Diakses pada 2025. What Is MSG (Monosodium Glutamate), and Is It Bad for You? Healthline. Diakses pada 2025. Is MSG Turlly Unhealthy? Harvard Health Publishing. Diakses pada 2025. Monosodium glutamate (MSG): What it is, and why you might consider avoiding foods that contain it. Mayo Clinic. Diakses pada 2025. What is MSG? Is it bad for you? Netmeds. Diakses pada 2025. What is MSG? Benefits, Health Impacts, And Downsides.